Udara siang ini begitu terik ku rasakan, hembusan angin yang bertiup telah meruntuhkan dedaunan yang kering, Jalan beraspalpun seperti menguap karena gagahnya matahari siang itu. Sambil terus menapakkan kakiku berjalan menyusuri jalan setapak yang ramai di lalui warga kampungku , kring-kring... terdengar oleh ku bunyi bel sepeda tua pak Joni yang tetap nyaring bunyinya, dengan senyum ramah pak Joni menghampiri ku , “ Mau pulang dengan bapak nak ?? ", tanya pak Joni ramah , “ oh.. boleh pak “, jawabku segera . Pak Joni adalah guru agama ku, orangnya sangat ramah dan penyabar, tak heran jika banyak murid yang menyukainya, ia juga seorang yang cerdas, yang mampu mengatasi masalah dengan segera dan merupakan sosok yang di butuhkan di lingkungan masyarakat sekitar.
“Nah ... sudah sampe nak “, ucap bapak ketika sampai di depan rumahku, “ iya pak terimakasih, mau mampir dulu pak ? “, “ oh ... tidak usah , lain kali saja nak, Tunggu dulu pak sebentar, dengan membuka tasku mengambil dua bungkus Tango Wafer rasa coklat yang masih banyak tersisa yang ku beli di saat jam istirahat sekolah, "ini pak untuk bapak!!". Sambil tersipu malu menyerahkan Tango wafer ke pada pak Joni. "Oh terimakasih nak bapak pulang ini langsung santap Tango Wafernya bersama Secangkir kopi", "Ah bapak bisa saja", Dengan senyum maluku pada pak joni.
Kalau begitu bapak pulang dulu, Assalamualaikum.... “, “Wa'alaikumsalam“, jawab ku sambil tersenyum, ku pandangi pak Joni yang berlalu sambil mengayuh sepeda tuanya, sampai di penghujung jalan dan sosok itu tak terlihat lagi, “Sari.... “, panggil seseorang dari balik pintu, sambil tersenyum ku hampiri ibu ku dan ku kecup tangannya, tangan yang sudah tak muda lagi, tangan yang menjadi saksi bisu betapa kerasnya hidup ini dan tangan yang selalu lembut membelai rambut ini dengan penuh kasih sayang, “ganti pakaianmu nak, shalat dan makan“, ucapnya lembut, dengan segera ku jalankan perintahnya, setelah mengganti pakaian dan shalat dzuhur ku hampiri meja kayu sederhana di dapur, meja sederhana peninggalan ayahku dua tahun yang lalu, yah... aku sudah menjadi anak yatim sekarang, sosok ayah telah tiada, ia telah lebih dahulu menghampiri surga setelah mengalami sakit yang begitu keras, namun tak mengapa, aku masih bersyukur karna aku masih memiliki sosok ibu yang begitu mencintaiku sepenuh hatinya,
“Makanlah dulu nak, setelah itu tolong antarkan pesanan jahitan bu kades“, ucap ibu dari balik kelambu pintu kamar yang telah usang, sambil lahap ku menyantap menu masakan ibu hari ini, rebusan daun ubi sambal terasi lengkap dengan ikan asin di atasnya mampu membuat nafsu makan ku naik, masakan ibu memang yang terlezat tak perduli walau menu yang di sediakan sangat sederhana.
Setelah membersikan meja dan mencuci piring makan ku, aku bergegas mengantarkan pesanan jahitan bu kades, Tiba di rumah bu kades, tok tok tok, ku ketuk pintu rumahnya dan tak lama dari itu bu kades menghampiri, “ini bu pesanannya", ucapku seraya menyerahkan kantung plastik kepada bu kades, “oh.. iya terimakasih ya nak Sari“, ucap bu kades, “iya bu, Oh ia nak tunggu sebentar dengan membalikkan badannya masuk kedalam rumah dan tak lama kemudian keluar memberikan satu kaleng Tango Wafer rasa vanila. "Ini untuk kamu nak". "Wah terimakasih sekali bu, ibu tau sekali kalau saya suka makan Tango Wafer. kalau begitu saya pamit pulang dulu buk, Assalamualaikum....”, ucapku seraya meninggalkan rumah bu kades. "Wa'alaikumsalam nak, hati-hati ya di jalan", sambil meleparkan senyum padaku. Ia bu jawabku dengan melangkah pulang kerumah membawa satu kaleng Tango Wafer Yang terbungkus rapi di dalam kantong plastik.
Sampai di rumah ibu langsung bertanya padaku, "Apa isi kantong plastik itu nak ?" tanya ibu dengan memandangi kantong plastik ditanganku. "Ini satu kaleng Tango Wafer rasa vanila bu, yang di berikan bu kades padaku". "Kalau begitu, nanti ibu sajikan kamu teh hangat bersama Tango Wafernya". "Wah ibu kades dan ibu tahu sekali kalau aku suka makan Tango Wafer". "Ia, karena masa muda dulu ibu kades dan ibu bersahabat sejak kecil". "Kami suka sekali jajan Tango Wafer, jadi ibu kades tahu sekali kesukaan ibu. Apalagi saat kamu masih kecil yang cengeng dan suka sekali di bujuk dengan Tango Wafer membuat senang. Karena itu juga ibu kades sering memberikan ibu Tango Wafer".
"Oh ternyata Tango Wafer menyimpan bayak cerita ibu ya". "Ya dengan Tango wafer membuat kita untuk berbagi, dan dengan Tango Wafer menjadikan kita saling mengasihi. Seperti kegiatan Tango Peduli Gizi di Nias, cukup membuat ibu tergugah hati untuk tidak melupakan betapa banyak kenangan dan kebaikan yang di berikan Tango Wafer untuk kita.
TANGO #HANDINHAND
Together, make them smile in simply way
TANGO #HANDINHAND
Together, make them smile in simply way
Karya : Sari Chay Ummi